Penulis: Abdurrahman
Metodologi pengembangan kurikulum adalah pendekatan ilmiah dan terstruktur yang melibatkan berbagai langkah untuk merancang, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan memperbaiki kurikulum. Pendekatan ini dirancang untuk memastikan bahwa kurikulum dapat memenuhi tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan kebutuhan mereka, masyarakat, serta dunia kerja.
Metodologi ini juga bertujuan untuk menciptakan kurikulum yang relevan, adaptif, dan inovatif, dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, serta nilai-nilai lokal maupun global. Proses ini melibatkan berbagai analisis mendalam untuk memastikan bahwa kurikulum yang dirancang mampu menjawab tantangan zaman, baik dari segi akademik, praktis, maupun sosial.
Selain itu, pendekatan ini tidak hanya mengacu pada standar internasional, tetapi juga mempertimbangkan konteks lokal, seperti nilai-nilai budaya dan kebutuhan masyarakat setempat. Maka untuk mewujudkan kurikulum yang relevan dan adaptif, diperlukan perangkat pembelajaran yang terstruktur, seperti modul perkaderan, yang berfungsi sebagai panduan dalam mendukung proses pembinaan anggota secara sistematis dan terarah.
Modul perkaderan adalah sebuah perangkat atau panduan pembelajaran yang dirancang secara sistematis untuk mendukung proses kaderisasi atau pembinaan anggota dalam suatu organisasi, komunitas, atau institusi.
Modul ini berfungsi sebagai bahan ajar yang terstruktur dan berisi informasi, materi, serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan perkaderan, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, atau kompetensi kader. Sebagai respons terhadap perubahan zaman dan tantangan era disruptif abad 21, modul perkaderan menjadi alat penting dalam memastikan proses kaderisasi yang relevan dan mampu menjawab kebutuhan adaptasi terhadap kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi.
Perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan reaktualisasi. hal ini dikarenakan disruption (ketergangguan) di abad 21, segala kehidupan membutuhkan adaptasi atas kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi. Salah satu upaya yang dilakukan IMM adalah melalui kaderisasi.
Kaderisasi menjadi agenda yang penting dan strategis, mengingat misi dan eksistensi gerakan muhammadiyah sebagai gerakan islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber al-quran dan as-sunnah. Agar terbentuknya kader IMM yang dapat menjadi elemen kunci dalam memastikan keberlanjutan organisasi, dengan mencetak generasi penerus yang mampu mengemban misi muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah.
Kaderisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) diharapkan mampu mencetak generasi penerus yang menjadi elemen kunci dalam memastikan keberlanjutan organisasi, dengan mengemban misi muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah. Namun, tantangan besar muncul dengan minat mahasiswa dalam beberapa tahun terakhir terkhususnya di kota pontianak. karena beban akademik yang tinggi dan kurangnya dukungan dari lingkungan menjadi faktor utama.
Mahasiswa merasa bahwa waktu mereka lebih baik digunakan untuk mengejar prestasi akademik atau kegiatan pribadi lainnya. Dampaknya jika pola perkaderan yang stagnan terus menerus berlanjut, dikhawatirkan akan sulit mencetak kader-kader IMM yang mampu menjalankan misi dakwah dan tajdid muhammadiyah. Hal ini beresiko pada lemahnya regenerasi kader IMM di pontianak dan dapat pula menimbulkan efek domino terhadap progresif IMM pontianak untuk beberapa tahun kedepan.
Pola perkaderan yang tidak relevan dengan pola pikir mahasiswa sekarang, kurang menarik mahasiswa untuk bergabung ke organisasi pada umumnya, IMM pada khususnya. sistem perkaderan di kota pontianak sesuai dengan Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) hanya saja masih stagnan dalam pergerakan baik dari intelektualitas, humanitas, dan religiusitas. sehingga tidak ada menjadi gerakan ciri khas yang dominan, maka dengan ini menjadi perhatian kami di IMM kota Pontianak.
Melihat tantangan di atas, terdapat beberapa pertanyaan utama yang harus dijawab oleh instruktur seperti, Bagaimana pola perkaderan IMM dapat disesuaikan dengan pola pikir dan kebutuhan mahasiswa generasi saat ini? dan Bagaimana cara meningkatkan minat mahasiswa untuk bergabung ke dalam organisasi IMM di tengah tantangan akademik dan sosial yang dihadapi.
Keberadaan Instruktur sebagai kader inti yang dipersiapkan secara khusus untuk mengelola perkaderan, maka ia seharusnya memiliki peran yang lebih baik di dalam maupun di luar ikatan. Instruktur selalu bersedia melibatkan diri secara aktif dalam setiap proses perkaderan dan bahkan instruktur harus menginisiasi apabila perkaderan mandeg. Instruktur IMM pontianak saat ini masih terfokus pada kuantitas kaderisasi tanpa adanya pengawalan terhadap internalisasi ideologi.
Dalam hal ini melihat persoalan yang dihadapi pada sistem perkaderan baik secara pra sampai pasca perlu diperhatikan dan diformulasikan secara intens dan berkala. untuk itu perlu adanya pendekatan dan rumusan analisis swot sesuai dengan keadaan, kebutuhan dan tantangan ke depan. Analisis swot adalah sebuah rumusan masalah untuk mengetahui kekuatan (strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threat).
Kekuatan selalu sejalan dengan kelemahan dan peluang selalu berbarengan dengan ancaman, maka dari itu tugas instruktur dapat membaca setiap fenomena tentang perkaderan dari perumusan pendekatan dan penerapan dalam setiap pergerakan dini pengkaderan.
Maka dalam hal pengembangan kurikulum dan modul perkaderan dapat membuat kelemahan menjadi kekuatan dan ancaman menjadi peluang. Dengan demikian, Pengembangan kurikulum dan modul perkaderan memiliki potensi yang besar untuk mengoptimalkan sumber daya manusia. Dengan merancang program yang tepat, kelemahan individu dapat diatasi dan diubah menjadi kekuatan. Selain itu, ancaman eksternal dapat dijadikan sebagai pendorong untuk menggali potensi yang belum tergali. Hal ini akan menghasilkan kader yang tidak hanya kompeten, tetapi juga adaptif terhadap perubahan.
Relevansi kurikulum dan modul perkaderan sangat penting dalam Organisasi. Dengan merancang program yang responsif terhadap perkembangan zaman, kelemahan organisasi dapat diatasi dan peluang baru dapat dimanfaatkan secara maksimal. Ancaman yang muncul dapat diantisipasi dan diatasi dengan solusi yang inovatif. Dengan demikian, kaderisasi akan menghasilkan lulusan yang siap berkontribusi pada kemajuan organisasi.
Sebagai langkah konkret, IMM pontianak perlu melakukan survei kepada mahasiswa untuk memahami kebutuhan perkaderan yang relevan untuk generasi kader sekarang. Maka, mengembangkan program kurikulum dan modul perkaderan yang lebih interaktif dan relevan harus sejalan dengan kelemahan yang dapat menjadi kekuatan IMM Kota Pontianak itu sendiri.
Pengembangan kurikulum dan modul perkaderan yang efektif merupakan kunci keberlangsungan dan pertumbuhan organisasi, khususnya dalam konteks perubahan zaman yang dinamis.tulisan ini menyoroti pentingnya merancang kurikulum dan modul perkaderan yang relevan, adaptif, dan inovatif untuk menjawab tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan kaderisasi dan organisasi. Analisis ini mengungkap beberapa tantangan yaitu; Minat mahasiswa yang menurun dan pola perkaderan yang stagnan. Untuk mengatasi tantangan tersebut diperlukan langkah strategis dengan pengembangan kurikulum dan modul perkaderan yang relevan dan menguatkan peran instruktur dengan pelatihan khusus yang tidak hanya membahas ideologi, tetapi juga soft skill, seperti kepemimpinan dan komunikasi.
Kesimpulannya, pengembangan kurikulum dan modul perkaderan yang berkelanjutan merupakan investasi jangka panjang bagi organisasi. Dengan merancang program yang berkualitas, untuk mencetak kader yang kompeten, berkarakter dan siap menghadapi tantangan masa depan. pengembangan kurikulum dan modul perkaderan merupakan upaya yang sangat penting untuk memastikan keberlangsungan dan pertumbuhan organisasi.
Billahi fii sabililhaq fastabiqul khairat.