MYKALBAR.COM – Halaman Perguruan Muhammadiyah SD dan SMP Jalan Ahmad Yani Pontianak dipenuhi jamaah Salat Idulfitri 1 Syawal 1444 H pada Jumat, 21 April 2023. Katib dan Imam Salat Idulfitri ini Ustaz Ariansyah yang juga selaku Kepala Sekolah Muhammadiyah 2 Pontianak serta Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Pontianak.
Ariansyah mengungkapkan ada tiga pesan utama Ramadan: pesan moral atau tahdzibun nafsi, pesan sosial, dan pesan jihad.
Menurut Ariansyah pesan pertama Ramadan adalah pesan moral atau tahdzibun nafsi. Artinya, kita harus selalu mawas diri pada musuh terbesar umat manusia, yakni hawa nafsu sebagai musuh yang tidak pernah berdamai.
Di dalam kitab Madzahib fît Tarbiyah diterangkan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat nafsu/naluri sejak ia dilahirkan. Yakni naluri marah, naluri pengetahuan dan naluri syahwat.Dari ketiga naluri ini, yang paling sulit untuk dikendalikan dan dibersihkan adalah naluri Syahwat. Hujjatul Islam, Abû Hâmid al-Ghazâlî berkata: bahwa pada diri manusia terdapat empat sifat, tiga sifat berpotensi untuk mencelakakan manusia, dan satu sifat berpotensi mengantarkan manusia menuju pintu kebahagiaan.
Pertama, sifat kebinatangan; tanda-tandanya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tanpa rasa malu. Kedua, sifat buas; tanda-tandanya banyaknya kezaliman dan sedikit keadilan yang kuat selalu menang, sedangkan yang lemah selalu kalah meskipun benar. Ketiga sifat syaithaniyah; tanda-tandanya mempertahankan nafsunya, egois dan takabur yang senang meremehkan dan menjatuhkan martabat manusia. Jika ketiga tiga sifat ini lebih dominan atau lebih mewarnai sebuah masyarakat atau bangsa niscaya akan terjadi sebuah perubahan tatanan sosial yang sangat mengkhawatirkan. Akibatnya, keadilan akan tergusur oleh kezaliman dan hukum bisa dibeli dengan uang, undang-undang bisa dipesan dengan kepentingan, sulit membedakan mana yang hibah mana yang suap, penguasa lupa akan tanggung jawab, sedangkan rakyat tidak sadar akan kewajiban, bermitra tidak sehat, sekantor tetapi suka menyenggol, akibatnya senang menjegal teman seiring dan suka menggunting dalam lipatan. Seluruh tempat akan dipenuhi oleh keburukan dan kebaikan menjadi sesuatu yang terasing, ketaatan akhirnya dikalahkan oleh kemaksiatan dan seterusnya dan seterusnya. Ini jika 3 sifat diatas membelenggu diri manusia.
Menurut Ariansyah satu-satunya sifat yang membahagiakan adalah sifat rububiyah; ditandai dengan keimanan, ketakwaan, dan kesabaran yang telah kita bina bersama-sama sepanjang bulan Ramadan. Orang yang dapat dengan baik mengoptimalkan sifat rububiyah di dalam jiwanya niscaya jalan hidupnya disinari oleh cahaya Al-Qur’an, prilakunya dihiasi budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah).Terbimbing dan mudah diarahkan pada kebenaran. Selanjutnya, ia akan menjadi insan muttaqin, insan tawadhu’ atau rendah hati, insan setelah Ramadan, yang menjadi harapan setiap orang. Insan yang dalam hari raya ini menampakkan 4 hal sebagai pakaiannya: selalu berkontribusi, menahan amarah nafsu, memberi maaf, dan berbuat baik pada sesama manusia.
Lebih lanjut Ariansyah mengungkapkan bahwa pesan kedua Ramadan adalah pesan sosial. Pesan sosial Ramadan ini terlukiskan dengan indah justru pada detik-detik akhir Ramadan, gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana, ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah kepada Ashnaf Tsamaniyah (delapan kategori kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat), terutama kaum fakir miskin. semuanya tampak bagaimana tali silaturrahmi serta semangat untuk berbagi demikian nyata terjadi. Kebuntuan dan kesenjangan komunikasi dan tali kasih sayang yang sebelumnya sempat terlupakan tiba-tiba saja hadir, baik di hati maupun dalam tindakan. Semangat zakat fitrah ini melahirkan kesadaran untuk tolong menolong (ta`awun) antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara orang-orang yang hidupnya berkecukupan dan orang-orang yang hidup kesehariannya serba kekurangan, Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu beban hidupnya, sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah berupa surga serta kebersihan harta dan jiwa.
Lebih lanjut Ariansyah mengungkapkan pesan ketiga Ramadan adalah pesan jihad. Menurut Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi Saw, secara bahasa jihad berarti “mencurahkan segenap kekuatan dengan tanpa rasa takut untuk membela Allah terhadap cercaan orang yang mencerca dan permusuhan orang yang memusuhi”.
Menurut Ibnu Taimiyah, jihad itu hakikatnya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghasilkan sesuatu yang diridhoi Allah berupa amal shalih, keimanan dan menolak sesuatu yang dimurkai Allah berupa kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.”
Sementara itu, Muhammadiyah memaknai Jihad sebagai usaha yang sungguh-sungguh dengan jiwa, pikiran, harta, tenaga, dan segala ikhtiar untuk memajukan kehidupan umat dan bangsa.
Menurut Prof. Dr. Haedar Nashir dalam tulisannya di Suara Muhammadiyah tanggal 16 Juli 2020, menyatakan: kehadiran sekolah sekolah Muhammadiyah di sudut-sudut paling pelosok tanah air merupakan wujud jihad Muhammadiyah. Pasalnya, merintis dan memajukan sekolah, kampus dan rumah sakit di daerah daerah itu merupakan pekerjaan yang berat dan membutuhkan kesungguhan.
“Pengertian jihad ini lebih komprehensif, karena yang dituju adalah pengorbanan atas segala yang kita miliki, baik tenaga, harta benda, atapun jiwa kita untuk mencapai keridhaan Allah, bukankah puasa Ramadan adalah bagian awal jihad kita, jihad menahan lapar dahaga tentunya, jihad menjaga lisan hati dan pikiran,” ujar Ariansyah.