MYKALBAR.COM – Ishaq Saleh merupakan satu dari tiga tokoh penerima Muhammadiyah Award 2021 pada puncak acara Milad 112 H/109 M Muhammadiyah yang diselenggarakan PWM Kalbar di Auditorium Universitas Muhammadiyah Pontianak, Jumat, 19 November 2021.
Profil:
Ishaq Saleh lahir di Pontianak pada 24 April 1938. Ishaq merupakan anak pertama dari Muhammad Saleh asal Mempawah, dan Siti Fatimah asal Kepulauan Bangka Belitung.
Ishaq sejak muda dikenal sebagai pegiat demokrasi. Dia merupakan aktivis Eksponen 66, dan Sekretaris Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Kalimantan Barat. Organisasi itu getol melawan rezim Orde Lama, dan menumpas pengaruh komunisme di Tanah Air pada era 1965—1966.
Ishaq muda kemudian diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pontianak pada 1968 sebagai perwakilan eksponen 66. Posisi itu hanya ditempati Ishaq sekitar setahun karena dia juga anggota Partai Persatuan Muslim Indonesia (Parmusi). Pada saat itu pemerintah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12/1969 melarang anggota kelompok fungsional dari partai politik berkiprah di badan pemerintah.
Ishaq menamatkan studinya di Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta, dan kemudian berkuliah lagi di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura (Untan). Saat berkuliah, Ishaq menjadi anggota Dewan Mahasiswa Untan, dan aktif menentang rencana pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada 1972. Mereka mengelar demonstrasi di depan Kantor Gubernur Kalimantan Barat.
Dunia aktivis dan organisasi bukan barang asing bagi Ishaq. Semasa Sekolah Menengah Pertama di Jakarta, dia telah bergabung dengan organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Semasa mahasiswa, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) merupakan salah satu organisasi ekstrakampus yang digelutinya.
Ishaq juga tercatat sebagai salah seorang pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kalimantan Barat. Sejak itu pula dia menjadi anggota dan bagian dari keluarga besar Muhammadiyah. Ishaq juga aktif di Angkatan Muda Tanjungpura, dan Pemuda Muhammadiyah.
Pak Is, demikian para koleganya menyapa atau menyebut nama Ishaq Saleh. Pak Is kemudian memilih kembali jalur politik sebagai jalan pengabdian. Dia bergabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1975 atas ajakan Urai Faisal Hamid, koleganya di KNPI semasa itu.
Karier Pak Is terbilang moncer di PPP. Pada Pemilu 1977, dia terpilih menjadi anggota DPRD Kalimanta Barat. Posisinya itu terus bertahan hingga empat Pemilu berikutnya. Pak Is selalu terpilih sebagai anggota DPRD Kalimantan Barat dari daerah pemilihan Kotamadya Pontianak.
Semasa di DPRD Kalimantan Barat, Pak Is pernah menjabat Ketua Fraksi Persatuan Pembangunan. Kemudian, Wakil Ketua DPRD Kalimantan Barat pada 1997-1999.
Karier Pak Is di PPP pun menanjak, bersamaan kiprahnya di DPRD Kalimantan Barat. Dia pun diangkat menjadi Wakil Ketua PPP Kalimantan Barat pada 1982. Posisi serupa dijabatnya kembali pada periode kepengurusan 1987-1992, dan 1992-1997.
Di mata para koleganya di DPRD Kalimantan Barat, Pak Is merupakan sosok konseptor ulung sehingga kerap dipercaya menjadi sekretaris. Tugas sekretaris selaku penggerak organisasi ialah memberikan konsep kepada ketua untuk ditelaah dan diaplikasikan.
Sosok Pak Is juga dikenal luas di kalangan aktivis mahasiswa 1998. Dia kerap berdiskusi dan dimintai masukan mengenai strategi gerakan serta isu-isu politik terkini. Rumahnya di pinggir Jalan Imam Bonjol, Pontianak bahkan sering dijadikan markas untuk menggelar rapat penting bersama aktivis mahasiswa.
Seiring bergulirnya reformasi, Pak Is pun berpindah haluan politik. Dia memutuskan keluar dari PPP dan bergabung ke Partai Amanat Nasional (PAN) pada 2003.
Karier politik Pak Is ternyata makin moncer setelah bergabung ke PAN. Dia terpilih menjadi anggota DPR RI setelah mendulang sekitar 24 ribu suara sah pada Pemilu 2004. Pak Is menjadi politikus pertama PAN dari Kalimantan Barat yang berkiprah di Senayan.
Namun, pengabdian itu tidak bisa dijalaninya secara penuh selama satu periode. Berdasarkan kesepakatan internal partai, Pak Is harus menyerahkan kursinya kepada Fanshurullah Asa, kandidat nomor dua pada daftar calon anggota legislatif PAN dari Kalimantan Barat.
Pak Is kemudian mencalonkan diri menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Pemilu 2009. Dia meraup sekitar 111 ribu suara sah dan hanya menempati peringkat lima besar. Pak Is pun gagal melenggang ke Senayan lagi.
Namun, Pak Is akhirnya dilantik menjadi anggota DPD pada 24 Oktober 2012. Dia menggantikan Sri Kadarwati Aspar Aswin, yang meninggal dunia.
Pak Is merupakan senator yang gigih memperjuangkan pembentukkan Kabupaten Tayan, dan Kabupaten Sekayam Raya. Menurutnya, Kalimantan Barat setidaknya harus memiliki 23 kabupaten/kota supaya pembangunannya lebih merata. Pak Is juga kerap memperjuangkan aspirasi masyarakat di perbatasan Indonesia-Malaysia.
Politikus santun dan rendah hati itu mencalonkan lagi menjadi anggota DPD pada Pemilu 2014. Namun, dia meraup sekitar 58 ribu suara sehingga gagal terpilih lagi menjadi anggota DPD untuk periode berikutnya.
Pak Is menikah dengan Maryam binti Thaher pada 20 Oktober 1959 di Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung. Mereka kemudian dikaruniai delapan putra-putri.
Pak Is pernah menjabat Ketua Majelis Pertimbangan PAN Kalimantan Barat, dan Ketua Dewan Pengurus Wilayah PAN Kalimantan Barat. Dia juga pernah menjadi anggota Badan Pembina Universitas Muhammadiyah, dan Dewan Penasihat Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar.
Bakat aktivis dan organisatoris Pak Is sepertinya menitis dari Muhammad Saleh, ayahnya. Saleh merupakan aktivis Partai Indonesia Raya (Parindra), dan salah seorang pendiri Perguruan Islamiyah Pontianak.
Dalam karier organisasi di persyarikatan Muhammadiyah Kalimantan Barat Haji Ishaq Saleh merupakan organisatoris persyarikatan sejati. Dia pernah menjadi Ketua IMM Kalimantan Barat. Pengurus PW Pemuda Muhammadiyah Kalbar. Pak Is pernah menjadi Ketua BKP AMM Kalbar. Ketua Majelis Wakaf PWM Kalimantan Barat.
Dia juga Sekretaris PWM Kalimantan Barat beberapa periode. Dia pernah menjadi Ketua Delegasi Muhammadiyah Kalbar dalam Muktamar Muhammadiyah tahun 1985 di Surakarta. Dia pernah menjadi Wakil Ketua PWM Kalimantan Barat. Dia juga tim Tim pendiri Universitas Muhammadiyah Pontianak. Dia juga anggota BPH Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Pak Is berpulang ke Rahmatullah pada Jumat Sore, 8 Februari 2019 dalam usia menjelang 81 tahun, karena sakit. Penggemar film dan tonil tersebut dimakamkan di Kompleks Pemakaman Muslim Gang Busri, Jalan Imam Bonjol Pontianak.