MYKALBAR.COM – GERKATIN merupakan akronim dari Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia yang pendirian organisasinya merata di seluruh Indonesia. Organisasi Tuli ini berwenang dalam mengadvokasi hak-hak asasi Tuli kepada Otoritas Daerah setempat sebagai kelompok warga yang juga harus diperhatikan dan dipenuhi hak dan kewajibannya baik di tingkat provinsi maupun kota.
Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam berorganisasi akan terbentur dengan suatu permasalahan, tidak terlepas dari organisasi dengan mayoritas anggotanya adalah teman tuli.
Salah satu penyebab terjadinya konflik dalam berorganisasi adalah masalah komunikasi. Komunikasi yang tidak tersampaikan dengan baik akan menyebabkan pemahaman yang keliru yang akhirnya berdampak pada tujuan organisasi.
Pelatihan komunikasi efektif dalam berorganisasi diperlukan agar permasalahan yang biasa terjadi di organisasi GERKATIN dapat diatasi dengan baik. Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu, 15 Maret 2025, di Heim Coffee Jl dr. Sutomo, Gang Karya nomor 4, Pontianak, yang dihadiri oleh pengurus GERKATIN Kalimantan Barat.
Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan kesehatan mental pengurus GERKATIN terutama dalam berorganisasi. Materi yang disampaikan berupa pemahaman mengenai komunikasi efektif yang di sampaikan oleh Widya Lestari, M.Psi.,Psikolog dan Rizki Fitlya M.Psi.,Psikolog mengenai komunikasi efektif dalam berorganisasi sebagai upaya mencapai tujuan organisasi.
Selain itu Teman Tuli juga mendapatkan pemahaman mengenai HAM bagi disabilitas yaitu pasal penting yang mengatur hak penyandang tuli berdasarkan UU No 8/2016 yang disampaikan oleh Dr.Hazilina, S.H,M.M.,M.Kn. Ternyata Teman Tuli baru mengetahui adanya UU yang mengatur HAM bagi penyandang disabilitas.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dalam penyelesaian masalah yaitu dengan mengadakan FGD (Focus Group Discussion) yang di fasilitasi oleh Risna Hayati, M.Psi.,Psikolog.
Peserta dibagi menjadi dua kelompok kecil dan diminta untuk menyelesaikan kasus yang umum terjadi dalam organisasi. Pelatihan yang telah dilaksanakan mendapatkan respon positif dari Teman Tuli. Hal ini terlihat dari antusias Teman Tuli dalam bertanya mengenai materi yang telah disampaikan.
Selain itu gesture yang terlihat menunjukkan bahwa mereka memahami dan sependapat dengan apa yang disampaikan narasumber. Proses pelaksanaan pelatihan berbeda dengan peserta pada umumnya karena diiukuti oleh Teman Tuli dan dibantu oleh dua orang JBI (Juru Bahasa Isyarat), sehingga pelatihan ini berkesan dan terlihat istimewa.
Salah satu peserta menyatakan bahwa kegiatan ini banyak memberikan manfaat bagi mereka, dimana mereka menjadi tahu adanya UU yang mengatur HAM sebagai penyandang disabilitas. Selain itu pelatihan ini diharapkan peserta dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di organisasi sehingga memberikan kontribusi dalam meningkatkan Kesehatan mental Teman Tuli dalam berorganisasi. (kb)