Mykalbar.com – Kreasi Muhammadiyah Ketapang kembali menegaskan komitmennya dalam mendorong transformasi pendidikan yang lebih inklusif dan humanis. Melalui pelatihan bertema Growth Mindset dan Deep Learning, para guru diajak untuk mengubah cara pandang terhadap potensi peserta didik sebagai fondasi utama dalam membangun sekolah yang ramah dan menerima keberagaman.
Pelatihan ini menyoroti pentingnya growth mindset pola pikir yang meyakini bahwa kemampuan dapat berkembang melalui proses belajar dan usaha berkelanjutan. Para guru diajak menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi yang unik, dan kegagalan bukanlah akhir, melainkan bagian dari proses pembelajaran.
“Jika anak belum bisa matematika, bukan berarti dia tidak bisa. Mungkin dia hanya belum bisa,” ujar salah satu fasilitator pelatihan, menekankan pentingnya memberi ruang dan waktu bagi anak untuk tumbuh sesuai iramanya.
Melalui pendekatan deep learning, pelatihan ini juga mendorong para guru untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih reflektif, kontekstual, dan bermakna. Guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendamping yang membantu anak menemukan kekuatan dan potensi terbaiknya.
Pendekatan ini menjadi pijakan dalam menciptakan sekolah inklusif sekolah yang tidak hanya mengakomodasi perbedaan, tetapi juga merayakannya sebagai kekayaan yang memperkaya proses belajar-mengajar. Dalam ruang belajar seperti ini, semua anak, tanpa kecuali, merasa diterima, dihargai, dan punya kesempatan untuk berkembang.
Semangat ini sejalan dengan visi besar Kreasi Muhammadiyah Ketapang: membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter, nilai-nilai kemanusiaan, dan semangat kolaboratif di antara para pendidik. Para peserta pelatihan dipersiapkan sebagai agen perubahan yang akan membawa semangat inklusi ke dalam praktik pendidikan sehari-hari.
“Melalui deep learning dan growth mindset, kita belajar memandang anak bukan dari kekurangannya, tetapi dari potensi yang bisa dikembangkan. Sekolah inklusif bukan lagi impian, tapi bisa jadi kenyataan jika kita semua mau bergerak bersama,” ujar salah satu narasumber dalam sesi refleksi penutup.
Dengan pelatihan ini, Kreasi Muhammadiyah Ketapang kembali membuktikan bahwa perubahan pendidikan tidak harus dimulai dari hal besar. Cukup dari pola pikir yang benar, hati yang terbuka, dan keberanian untuk bergerak sekolah inklusif pun bisa diwujudkan.***