Oleh : Frestika
Menurut Dr. rer nat. apt. Nanang Fakhrudin, M.Si dan apt. Puguh Indrasetiawan, M.Sc, PhD. (Center for Natural Antiinfective Research/CNAIR, dan Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta), tanaman ketepeng (Senna alata) merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa emodin. Senyawa emodin merupakan senyawa yang berpotensi untuk mencegah atau mengurangi infeksi virus SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19) dikarenakan senyawa ini mampu mencegah atau menghambat interaksi antara reseptor ACE2 dengan protein S pada SARS-CoV.
Di Provinsi Kalimantan Barat, tanaman ketepeng cukup banyak ditemukan. Masyarakat disini lebih sering menyebutnya dengan tanaman ketepeng cina. Selama ini, tanaman ini tidak termanfaatkan sama sekali. Tanaman ini tumbuh liar pada ekosistem hutan hujan tropis dan habitat yang lembap, di pinggiran rawa-rawa dan di tepi jalan, kadang-kadang ditanam di pinggiran kebun. Hal ini dapat kita manfaatkan tanaman ketepeng cina sebagai salah satu produk yang dapat berperan dalam mencegah Covid-19 seperti hand sanitizer dimana produk ini sangat langka dan mahal disaat pandemi ini.
Berdasarkan WHO, standar pembuatan hand sanitizier untuk 1.000 ml menggunakan bahan-bahan seperti Etanol 96% sebanyak 833,3 ml sebagai bahan utama dari pembuatan hand sanitizer dimana golongan senyawa alkohol ini merupakan komponen aktif dalam formulasi yang nantinya menjadi bahan antiseptik.
Bahan selanjutnya yaitu Gliserin/gliserol 98% sebanyak 14,5 ml, dimana gliserin berguna untuk membuat alkohol lebih mudah diaplikasikan pada kulit. Gliserin juga berguna melembapkan kulit dan mencegah iritasi kulit akibat alkohol. Pada artikel Asngad dkk (2018) menyebutkan bahwa gliserin dapat menyebabkan sediaan bersifat jernih dan transparan, selain itu gliserin bersifat emollient gel yakni membantu sediaan handsanitizer ketika digunakan pada tangan tidak terlalu kering, dan bersifat sebagai antimikroba. Sifat gliserin sebagai antimikroba sama halnya dengan tanaman ketepeng yang juga antimikroba khususnya antibakteri sebagaimana penelitian Yacob dan Endriani (2010) yang berjudul “Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Ketepeng Cina (Senna alata) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara In Vitro” sehingga masyarakat awam yang kesulitan mendapatkan gliserol dapat memanfaatkan tanaman ketepeng. Tanaman ketepeng ini direbus dengan air, dimana air rebusan ketepeng dapat dijadikan pengganti gliserol.
Bahan lainnya yaitu Hidrogen Peroksida 3 % sebanyak 41,7 ml untuk menghentikan pertumbuhan mikroba yang dapat berkembang di cairan hand sanitizer dimana sebenarnya tanpa bahan ini pun dapat dihasilkan hand sanitizer yang diinginkan, asalkan hand sanitizer yang telah dibuat dan wadahnya dijamin steril. Bahan yang terakhir yaitu Aquadest untuk menepatkan volume hand sanitizer menjadi 1000 ml memerlukan aqudest sekitar 110,5 ml. Aquadest atau air suling ini dapat diganti dengan air matang yang telah didinginkan.
Pembuatan hand sanitizer dengan menggunakan tanaman ketepeng ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang berada di pedesaan atau pedalaman yang kesulitan mendapatkan atau membuat hand sanitizer dikarenakan tanaman ini banyak ditemukan di hutan dan belum termanfaatkan.
*) Mahasiswi Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak