Penulis : Santoso Setio
(Ketua PW IPM Kalbar)
KOMUNITAS berasal dari bahasa latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individuindividu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Soenarno (2002), Definisi Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Pengertian Komunitas Menurut Kertajaya Hermawan (2008), adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. (Wenger, 2002: 4). Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 2 komponen:
- Berdasarkan Lokasi atau Tempat Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis
- Berdasarkan Minat Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual. Proses pembentukannya bersifat horisontal karena dilakukan oleh individuindividu yang kedudukannya setara. Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional (Soenarno, 2002).
Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama, adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi. Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapainya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.
Menurut Vanina Delobelle , definisi suatu komunitas adalah group beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu:
- Komunikasi dan keinginan berbagi : Para anggota saling menolong satu sama lain.
- Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu
- Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan periode
- Influencer Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya
Vanina juga menjelaskan bahwa komunitas mempunyai beberapa aturan sendiri, yaitu:
- Saling berbagi : Mereka saling menolong dan berbagi satu sama Lain dalam komunitas.
- Komunikasi: Mereka saling respon dan komunikasi satu sama lain.
- Kejujuran: Dilarang keras berbohong. Sekali seseorang berbohong, maka akan segera ditinggalkan.
- Transparansi: Saling bicara terbuka dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu hal.
- Partisipasi: Semua anggota harus disana dan berpartisipasi pada acara bersama komunitas
Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makluk hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki banyak sekali jenis-jenis mahkluk hidup, mulai dari tumbuhan dan binatang yang sangat kompleks hingga organisme yang sederhana seperti jamur, amuba dan bakteri. Meskipun demikian semua mahkluk hidup tanpa kecuali, tidak bisa hidup sendirian. Masing-masing tergantung pada mahkluk hidup yang lain ataupun benda mati di sekelilinganya. Misalnya seekor kijang membutuhkan tumbuh-tumbuhan tertentu untuk makanan, jika tumbuhan di lingkungan sekitarnya dirusak maka kijang tersebut harus berpindah atau mati kelaparan. Sebaliknya tumbuhan agar bisa hidup juga tergantung pada binatang untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Kotoran binatang, bangkai binatang maupun tumbuhan, menyediakan berbagai nutrisi yang bermanfaat bagi tanaman.
Mempelajari ekologi sangat penting, karena masa depan kita sangat tergantung pada hubungan ekologi di seluruh dunia. Meskipun perubahan terjadi di tempat lain di bumi ini, namun akibatnya akan kita rasakan pada lingkungan di sekitar kita. Meskipun ekologi adalah cabang dari biologi, namun seorang ahli ekologi harus menguasai ilmu lain seperti kimia, fisika, dan ilmu komputer. Ekologi juga berhubungan dengan bidang ilmu-ilmu tertentu seperti geologi, meteorologi, dan oseanografi, guna mempelajari lingkungan dan hubungannya antara tanah, air, dan udara. Pendekatan dari berbagai ilmu membantu ahli ekologi untuk memahami bagaimana lingkungan nonhidup mempengaruhi mahkluk hidup. Hal ini juga bisa membantu untuk memperkirakan atau meramalkan dampak dari masalah lingkungan seperti hujan asam atau efek rumah kaca.
Baru-baru ini kita juga mengenal istilah Ekologi dalam bentuk lain yaitu, Ekoliterasi Istilah ekoliterasi berasal dari akronim ecologically literate, yang berarti “melek ekologi”. Ekoliterasi merujuk pada kemampuan untuk memahami posisi manusia dalam jaringan kehidupan (web of life). Proyek ekoliterasi dilakukan untuk mengenal bagaimana alam menggorganisasi dirinya sehingga menciptakan proses yang berkelanjutan. Capra menyatakan bahwa proyek ekoliterasi bertujuan untuk mempelajari kebijaksanaan alam (wisdom of nature). Tujuan ekoliterasi adalah belajar dan mempraktikkan kebijaksanaan alam itu ke dalam tiga aspek kehidupan; edukasi, manajemen, dan politik. Tiga aspek tersebut, akan digunakan untuk merevitalisasi dan mendesain model baru praktik kehidupan komunitas, bisnis, dan politik. Kebijaksanaan ekosistem terjadi oleh dua karakteristik kerja ekosistem yakni jaringan kehidupan yang auto-puitik, dan struktur disipatif. Proyek ekoliterasi bersandar pada penerapan prinsip-prinsip dasar proses alamiah ke dalam setiap aspek kehidupan manusia (Sandiah, 2017).
Tujuan utama dari ekoliterasi terletak pada pembubaran konsep diri anti-ekologi ke konsep diri-hijau. Istilah “diri” dalam konteks ini diperluas maknanya, yang melekatkannya sebagai diri organisme. Diri dengan makna yang utuh. Konsep diri hijau bersumber dari apa yang disebut oleh ekolog Joanna Macy dengan “penghijauan diri” (greening of the self). Pembentukan diri-hijau memiliki fungsi untuk mengembalikan basis filsafat dan sains. Misalnya bagaimana manusia menentukan aspek manfaat, pengetahuan, dan hakikat kehidupan berlandaskan pada ciri pemikiran diri yang telah “dihijaukan”. Sebaliknya, selama ini manusia mendasarkan filsafat dan sains kehidupannya berlandas pada “diri yang antroposentris” (egoistik, kompetitif, dominatif, diskriminatif, reduktif dan ekspantif). Dengan demikian “penghijauan diri” bermakna pembaruan karakter antroposentris menjadi ekosentris (kooperasi, akomodatif, kerjasama, apresiatif, holistik dan konservasi). Proses penghijauan diri semacam inilah yang menjadi tujuan dasar ekoliterasi melalui agenda edukasi, bisnis, dan politik.
Mempawah Mangrove Conservation adalah sebuah komunitas lingkungan yang dibentuk oleh Raja Fajar Azansyah bersama dua rekan lainnya, Roni Priyadi dan Sap Pardiansyah awalnya mereka adalah orang-orang sekitar yang peduli atas perubahan pesisir pantai yang pelan-pelan mengikis daratan (Abrasi) akhirnya pelan-pelan mereka membentuk sebuah lembaga bernama Mempawah Mangrove Conservation (MMC) pada 14 Desember 2011.
Perintisan awal komunitas ini dilakukan secara swadaya, mereka melakukan proses penanaman mangrove di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah hilir, Kab. Mempawah, Kalimantan Barat, sedikit demi sedikit dengan orang – orang yang terbatas kemudian satu persatu beberapa orang sukarela yang mereka sebut volunteer juga turut serta membangun kawasan tersebut alhasil terbentuklah kawasan ini, kemudian di bangun jembatan bambu sederhana sebagai jalan pengunjung untuk menelusuri mangrove-mangrove yang ada, pelan-pelan kawasan yang dahulu gundul kini menjadi hutan sedikit demi sedikit. Hasilnya kini sudah bisa dinikmati banyak orang. Sejauh mata memandang, hamparan mangrove telah menghiasi pesisir Mempawah. Akar-akarnya kukuh tertancap ke bumi. Hamparan mangrove itu kelak akan menjadi habitat berbagai satwa perairan untuk menopang hidup nelayan.
Pada perkembangan berikutnya didirikanlah sebuah kawasan ekowisata yang bernama Mempawah Mangrove Park (MMP). Wadah ini bergerak linear bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dalam mengelola kawasan tersebut secara profesional.yang secara resmi dibuka mulai tahun 2016, kawasan ini dimaksudkan agar menjadi pusat destinasi wisata, edukasi, dan ekonomi masyarakat sekitar MMP, dengan modal sedikit-sedikit dan konsistensi teman-teman MMC terus membangun kawasan ini hingga pada tahun 2017 pengunjung tempat ini semakin ramai dan hadir dri berbagai kalangan, mulai dari wisatawan lokal hingga mancanegara, mulai dari yang hanya sekedar main – main atau berfoto sampai mereka yang melakukan penelitian ilmiah.
Di Desa Pasir, jumlah mangrove yang ditanam sepanjang 2014-2018 mencapai 142.500 bibit. Jumlah sebanyak itu ditanam di atas lahan seluas 14 hektar. Empat hektar di antaranya ada di Dusun Pasir Laut. Lokasi inilah yang dijagokan sebagai pusat peradaban mangrove di Kota Mempawah.
WWF kemudian datang mengucurkan bantuan pembangunan Rumah Mangrove pada 2015. Pada saat yang sama, KPw Bank Indonesia Kalbar juga hadir mengucurkan bantuan pengembangan kawasan wisata dan edukasi mangrove yang lebih dikenal dengan sebutan edu-ecotourism. Ini bertujuan agar pengunjung tidak sekedar datang untuk melihat, tapi juga belajar konservasi mangrove,.
(Mempawah Mangrovee Park) berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Pontianak, Mempawah merupakan kota transit yang tidak ramai. Bahkan ada yang menggelarinya kota Pegawai Negeri Sipil karena hanya PNS yang ada di kota ini. Tapi semua sudah berlalu semenjak Mempawah berkembang menjadi kota wisata. Pergerakannya mulai terasa semenjak ada wisata hutan Mangrove yang ada disepanjang pesisir pantai Mempawah yang membentang berpuluh-puluh kilometer.
Pola hidup kembali ke alam (back to nature) telah mendorong masyarakat untuk melakukan perjalanan ke daerah-daerah alami, serta memiliki sejumlah besar potensi sumberdaya yang bernilai. Pola perjalanan ini telah mendorong berkembangnya paradigma baru dalam pariwisata berbasis alam atau dikenal dengan ekowisata yang merupakan bentuk pariwisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Konsep ekowisata merupakan pariwisata yang memadukan antara kegiatan konservasi alam, pendidikan, rekreasi, dan kegiatan perekonomian masyarakat lokal.
Mempawah Mangrove Conservation, Memadukan Lokasi Wisata dengan Edukasi dan Konservasi Wilayah pantai dan pesisir mempunyai sifat atau ciri yang unik, merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut; mengandung kekayaan sumberdaya alam yang beragam seperti ekosistem hutan mangrove. Ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi yang sangat penting secara ekologi dan ekonomi, baik untuk masyarakat lokal, regional, nasional maupun global. Ekosistem hutan mangrove yaitu suatu sistem yang terdiri atas berbagai organisme (seperti tumbuhan dan hewan), berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan sesamanya dalam habitat mangrove.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia mencapai 25 % dari total luas hutan mangrove di seluruh dunia (18 juta hektar) yaitu seluas 4,5 juta hektar atau sebanyak 3,8 % dari total luas hutan di Indonesia secara keseluruhan. Sedikitnya luas hutan mangrove ini mengakibatkan perhatian Pemerintah Indonesia terhadap hutan mangrove sangat sedikit jika dibandingkan dengan hutan darat. Kondisi hutan mangrove juga mengalami kerusakan yang hampir sama dengan keadaan hutan-hutan lainnya di Indonesia
Luas hutan mangrove di Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan hasil penafsiran Tim Fakultas Kehutanan IPB (1999) dan RTRW Provinsi Kalimantan Barat adalah 472.365,80 Ha dimana sebagian besar yakni seluas 328.905,05 Ha (69,63%) terletak di luar kawasan hutan dan seluas 143.460,75 Ha (30,37%) terletak di dalam kawasan hutan. Ekosistem tersebut tersebar di sepanjang pantai dari utara sampai ke selatan, meliputi wilayah Kabupaten Sambas seluas 183.777,68 Ha (38,91%), Kabupaten Pontianak seluas 178.845,14 Ha (37,86%) dan Kabupaten Ketapang seluas 109.742,98 Ha (23,23%).
Berdasarkan laporan akhir Bappeda Provinsi Kalimantan Barat (2002) bahwa kawasan ekosistem mangrove Muara Kubu terletak di Kabupaten Pontianak merupakan salah satu kawasan mangrove yang memiliki luas relatif besar jika dibanding dengan kawasan lainnya di Kalimantan Barat dengan luas total 43.620 Ha (9,23% dari total mangrove Provinsi Kalimantan Barat).
Sektor pariwisata pesisir perlu mendapat perhatian dan dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan daerah, termasuk mempertahankan keberadaan hutan mangrove dari pengikisan dan kepunahan. Pembangunan ekowisata berperan untuk konservasi sumberdaya alam dan membantu masyarakat lokal dalam memenuhi kesejahteraan hidup. Pembangunan ekowisata memberikan perubahan terhadap kualitas hidup, struktur sosio-ekonomi, dan organisasi sosial dalam masyarakat lokal.
Masyarakat lokal dapat memutuskan jika masyarakat ingin atau tidak ingin untuk terlibat dalam pembangunan pariwisata. Masyarakat lokal yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata adalah dengan cara menyediakan berbagai fasilitas untuk wisatawan, meningkatkan jumlah wisatawan, dan mengendalikan dampak terhadap lingkungan hidup. Oleh sebab itu, penataan dan perencanaan yang baik sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya alam hutan mangrove di perairan suatu pantai.
IPM Ekologi dan Komunitas
Komunitas Menjadi fokus garapan IPM sejak Muktamar ke 18 di Palembang, komunitas dipandang sebagai wadah ideal generasi muda hari ini dalam menyalurkan aspirasi dan sebagai tempat berkumpul mereka, komunitas hadir sebagai wadah non formal yang simpel dan menggembirakan, teman sebaya dan sepemikiran menjadi inti kehidupan komunitas ini.
IPM memandang bahwa hari ini , kita sebagai sebuah organisasi Pelajar yang turut serta memiliki satu pemikiran tentang frame pelajar hari ini tentu tidak boleh mengabaikan fenomena ini, fenomena komunitas bentuk interaksi generasi hari ini telah bergeser seiring dengan perkembangan zaman, sesuatu yang formal agak sulit di fahami mereka yang kurang menyenangi krhidupan formal organisasi, maka komunitas dalam IPM hadir sebagai sebuah solusi dan bukti keberpihakan IPM terhadap kelompok-kelompok pelajar di luar strukturasi sosial guna turut menghimpun aspirasi dan mengapresiasi setiap upaya pelajar dalam mengasah diri dan berbuat lebih banyak untuk orang lain dan lingkungan.
Sebagaimana pengertian Gerakan Komunitas yang dicanangkan dalam agenda aksi IPM “Gerakan Komunitas Kreatif adalah sebuah proses menumbuhkan kreatifitas dan motivasi berkarya dalam frame kritis- transformatif yang berkemajuan sekaligus proses pendampingan dan pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh seorang kader. Sehingga proses pendampingan yang ada dapat berjalan secara dinamis, aspiratif dan menyenangTanfidz Muktamar XVIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Gerakan ini lahir untuk mewarnai proses pendampingan kader pasca pengkaderan sehingga proses pendampingan tidak bersifat monoton. Selain itu, komunitas ini dapat dijadikan sebagai wadah penguatan internalisasi nilai-nilai Islam Berkemajuan dalam diri kader. Komunitas itu sendiri merupakan kumpulan dari beberapa orang yang memiliki kecenderungan bakat dan minat yang sama (homogen) sebagai wadah untuk mengembangkan potensinya” (Tanfidz Muktamar XVIII IPM, 2012).
Komunitas menjadi Program Panjang IPM yang dari tahun ke tahun selalu hadir dan terus disempurnakan keberadaannya, dan akan rampung di tahun 2024 sebagaimana Renstra IPM Pusat yang ada di setiap Tanfidz. Kemudian di tahun 2014 IPM Kembali mempertajam Komunitas dengan menghasilkan beberapa hal spesifik mengenai Komunitas Kreatif yang di wujudkan dalam sebuah narasi berjudul “Strategi Kultural Ikatan Pelajar Muhammadiyah: Sebagai Contoh Komunitas Kreatif”, didalamnya menjelaskan terkait Definisi, Metodologi, cara mengolah komunitas, unsur-unsur komunitas, orientasi, tujuan, dan target dari Program Tersebut
Ekologi menjadi bahasan IPM secara nasional terkhusus sejak Muktamar XX IPM di samarinda, Kerusakan lingkungan hidup merupakan salah-satu tantangan yang tak bisa dihindari oleh manusia. Pelajar di Indonesia harus segera menyadari tantangan yang bersumber dari kerusakan lingkungan hidup sebelum terlambat. Kerusakan lingkungan tidak saja mengakibatkan konflik kemanusiaan tetapi juga mengakitbakan sumber daya alam yang tak terwarisi untuk generasi selanjutnya di masa depan. Sekitar 70% kerusakan diakibatkan oleh eksploitasi pertambangan. Sebesar 34% daratan di Indonesia telah diserahkan sebagai area eksploitasi, yang dapat dirinci dari 10.235 surat izin.2 Data terbaru juga disajikan oleh BPS yang di antaranya memperlihatkan tingkat eksploitasi yang berbahaya bagi sistem ekologi, termasuk tercemarnya sungai dan laut, penebangan hutan yang melanggar ketentuan UU yang telah menyebabkan kelompok adat tersingkir.(Tanfidz Muktamar XX IPM)
Atas dasar keprihatinan itu lah IPM dirasa perlu hadir dan berpihak dalam gerakan Ekologi, penyelamatan lingkungan hidup yang menjadi tulang punggung kehidupan kita hari ini, udara dan habitat makhluk hidup perlu kehadiran manusia untuk terus menjaga dan berpihak dalam mengawal isu-isu ekologi
Mempawah Mangrove Conservation Adalah komunitas kreatif yang telah memberikan kontribusi nyata dan jelas kepada masyarakat sekitar dan para pemerhatinya bahwa mereka sebagai sebuah komunitas yang berawal dari usaha-usaha kolektif perorangan bahu membahu untuk kepentingan alam dan masyarakat, dengan niat tulus dan ikhlas sebagai sebuah tanggung jawab moral manusia. Pada akhirnya kenikmatan dan manfaat alam kemabali kepada manusia itu sendiri.
Apa yang Komunitas ini lakukan adalah sebuah Best Practice yang nyata bagi sebuah komunitas lingkungan hidup , 144.000 batang pohon bakau yang ditanam berangsur angsur menjadi bukti tak terbantahkan sebuah pekerjaan komunitas yang konsisten dan memerlukan waktu tak sebentar,berangkat dari hilangnya daratan di sekitar desa Pasir yang membuat mereka harus berbuat agar lingkungan tak semakin memburuk
Maka bagi saya turut berkolaborasi dan mencotoh gerakan dan nilai-nilai yang mereka pegang adalah tanggung jawab bersama, terkhusus IPM yang dengan jelas mengkampanyekan gerakan ekologi sebagai bagian dari program-program yang di usungnya, lantas peran pelajar hari ini adalah turut serta hadir memberikan kontribusi nyata terhadap lingkungan sekitar dimulai dari hal-hal sederhana. Akhirnya ketika sebuah Ekologi yang dikelola dengan baik dan dapat memberikan sumbangan besar pada IPTEK hari ini, perkembangan ilmu pengetahuan akan terbantu dan pada situs ekologi ini akan menjadi bentuk Literasi Lingkungan (Ekoliterasi) bagi masyarakat sekitar maupun mereka yang turut serta hadir sebagai pemikir untuk menggali inspirasi-inspirasi kreatif untuk keberlangsungan kehidupan generasi berikutnya.
Daftar Pustaka
Ekologi Populasi Komunitas Ekosistem dalam
http://www.merbabu.com/artikel/ekologi.php diakses 6 Juni 2018
Fachrizal, Andi. 2018 Kiprah Sang Legenda Mangrove Dari Kota Mempawah. www.mongabay.co.id/2018/03/31/kiprah-sang-legenda-mangrove-dari-kota-mempawah/ diakses 6 juni 2018
Pimpinan Pusat IPM. 2012. Tanfidz Muktamar XVIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Jakarta : PP IPM
Pimpinan Pusat IPM. 2014. Tanfidz Muktamar XIX Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Jakarta : PP IPM
Pimpinan Pusat IPM. 2016. Tanfidz Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Jakarta : PP IPM
Dewi, Saras. 2015. Ekofenomenlogi. Tangerang : CV Marjin Kiri
Sandiah, Fauzan. 2017. Mengenal Proyek Ekoliterasi www.rumahbacakomunitas.org/mengenal-proyek-ekoliterasi/diakses 6 Juni 2018