Penulis: Samsul
MYKALBAR.COM – Sebanyak 20 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP) mengikuti program Kuliah Kerja Usaha (KKU) Internasional di Kuching, Malaysia, sejak 3 Agustus hingga 15 Agustus 2025.
Kegiatan ini berlangsung selama 13 hari dengan bimbingan dosen pendamping lapangan (DPL) Syarifah Putri Agustini Alkadrie, S.Kom., M.Cs.
Peserta berasal dari berbagai program studi, di antaranya Kesehatan Masyarakat, Teknik Informatika, Sistem Informasi, Manajemen, PG PAUD, Psikologi, Ilmu Hukum, Bisnis Digital, Pendidikan Kimia, dan Pendidikan Biologi. Selama di Kuching, mereka tinggal di sebuah guest house di Jalan Sourabaya Sarawak, Malaysia .
Menurut Dimas Anggoro Narutama, ketua Kelompok KKU Internasional, kegiatan ini membawa empat program kerja promosi, yaitu lilin aromaterapi, minuman herbal, keripik pisang, dan sambal.
“Selain program yang kami bawa dari kampus, kami juga mengikuti rancangan kegiatan dari pihak International College of Creative Arts Technology (i-CATS) sebagai universitas mitra,” jelasnya.
Berbeda dengan KKU Reguler, KKU PTMA, dan magang yang dilaksanakan dari 23 Juli hingga 20 Agustus 2025, KKU Internasional memiliki durasi lebih singkat, yakni hanya 13 hari.
Meski demikian, mahasiswa tetap mengisi log book dengan penyesuaian jadwal agar selaras dengan alokasi waktu KKU reguler.
Dalam pelaksanaannya, ada kendala yang mereka hadapi, khususnya dalam transportasi. Lokasi tempat tinggal yang cukup jauh dari pusat kota membuat waktu tunggu layanan transportasi online seperti Grab atau Maxim menjadi lebih lama dan biayanya cukup tinggi.
“Untungnya kalau ada kegiatan ke i-CATS, kami kadang dijemput dengan bus atau disediakan van oleh kampus,” tambah Dimas.
Dimas menambahkan bahwa biaya transportasi yang ditanggung pihak kampus hanya untuk kegiatan resmi, sementara untuk jalan-jalan pribadi menjadi tanggungan mahasiswa sendiri.
Dimas mengungkapkan bahwa suasana Kuching relatif mirip dengan Indonesia, hanya lalu lintasnya lebih sepi dan jarang terlihat sepeda motor. Untuk makanan, menurutnya tidak banyak perbedaan karena terdapat berbagai pilihan kuliner, termasuk makanan khas Indonesia.
Meski demikian, ia tetap mencoba beberapa kuliner khas Malaysia yang baru didengarnya. “Saya sempat mencoba nasi lemak, laksa, mie kolok, dan roti canai,” ujarnya.
Pengalaman tersebut menjadi pembelajaran baru yang menambah wawasan bagi Dimas dan mahasiswa lainnya mengenai suasana serta kultur di Malaysia yang tidak ditemukan di Indonesia.