Penulis: Cremona Suwartikarin
MYKALBAR.COM – Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (PPKPT) Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP) menggelar sosialisasi untuk memperkuat pemahaman mahasiswa tentang pencegahan kekerasan di kampus.
Acara yang digelar pada Rabu, 27 Agustus 2025, ini dihadiri oleh Dr. Herkulana Mekarryani S, M.Si, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Kalimantan Barat.
Herkulana hadir untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya kolaborasi dalam menciptakan lingkungan kampus yang aman dan bebas kekerasan.
Dalam kesempatan tersebut, Herkulana menekankan bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan mahasiswa sangat penting dalam menciptakan kampus yang aman dan nyaman.
“Kolaborasi ini sangat krusial untuk menciptakan lingkungan kampus yang bebas kekerasan. Kami berharap, kegiatan sosialisasi seperti ini dapat terus dilanjutkan untuk memastikan mahasiswa lebih memahami bagaimana mereka dapat berperan dalam menjaga kampus tetap aman,” ujarnya.
Herkulana juga mengungkapkan tantangan besar dalam implementasi kebijakan perlindungan perempuan dan anak di kampus, terutama terkait dengan kecanggihan teknologi dan kurangnya pengetahuan dari dosen dan staf universitas.
“Teknologi yang semakin maju memungkinkan terjadinya pengaduan palsu, yang menjadi tantangan besar dalam penanganan kasus kekerasan. Selain itu, kurangnya pemahaman dari dosen dan staf kampus juga memperburuk masalah kekerasan yang sering tidak terdeteksi,” jelasnya.
Sebagai solusi, Herkulana mengusulkan perlunya adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas terkait bimbingan akademik untuk mencegah terjadinya kekerasan, khususnya dalam hubungan antara dosen dan mahasiswa.
“SOP yang jelas akan membantu perguruan tinggi untuk mengurangi kekerasan di kampus,” tegasnya.
Selain itu, beliau menekankan pentingnya sosialisasi masif kepada mahasiswa agar mereka dapat mengenali jenis-jenis kekerasan dan memahami cara melaporkan jika mereka menjadi korban. “Mahasiswa harus tahu hak-haknya, mengenali tanda-tanda kekerasan, dan tahu bagaimana cara melapor jika mereka mengalami atau menyaksikan kekerasan,” tambahnya.
Herkulana berharap mahasiswa Universitas Muhammadiyah Pontianak dapat berperan aktif dalam menciptakan kampus yang bebas kekerasan. “Mahasiswa adalah agen perubahan yang dapat menjaga kampus tetap aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan,” tutupnya.