MYKALBAR.COM – Bisnis ojek online Zendo kini telah menjadi pembicaraan secara nasional dengan segala kontroversinya. Secara perlahan Zendo tumbuh dan kini siap menyebar di 70 kota se-Indonesia.
Dikutip dari website resminya, Zendo menyatakan diri sebagai layanan on-demand services berbasis ojek yang hadir untuk memenuhi segala kebutuhan Anda di mana saja dan kapan saja.
“Dengan fokus pada kemudahan, kecepatan, dan kenyamanan, kami menyediakan berbagai layanan on-demand yang dapat diakses dengan mudah melalui WhatsApp,” demikian penjelasan Zendo.
Zendo berkomitmen untuk memberikan pengalaman terbaik bagi setiap pelanggan dengan layanan yang profesional namun tetap ramah dan bersahabat.
Beberapa layanan Zendo antara lain Zendo Bike, Zendo Car, Zendo Delivery, Zendo Food, Zendo Shopping, dan Zendo Cleaning.
Pendiri sekaligus CEO Zendo adalah Lutfy Azizah, wanita asli Tulungagung, Jawa Timur. Dia menjelaskan, tidak ada filosofi khusus dari penamaan Zendo. Kata tersebut adalah akronim dari Zein Delivery Order.
Adapun Zein adalah nama anak Lutfy. “Sesimpel itu sih, nggak ada filosofi yang lain,” demikian penjelasan Lutfy di kanal Youtube Pecah Telur, soal pemilihan nama Zendo.
Lutfy yang merupakan kader Muhammadiyah mulai mengembangkan Zendo pada 2015 di Tulungagung, kota tempat tinggalnya. Lalu pada 2023 Zendo mulai berkolaborasi dengan Serikat Usaha Muhammadiyah (Sumu).
Kolaborasi itu menjadi titik awal layanan Zendo meluas secara nasional dan berekspansi ke puluhan kota di Indonesia. Maka tidak heran secara nasional Zendo kemudian identik dengan Muhammadiyah.
Lutfy mengakui jejaring melalui Sumu menjadikan Zendo luar biasa. Ia mengaku Zendo maupun dirinya pribadi belum punya aset yang besar. Tetapi yang besar adalah jejaringnya.
“Setiap ngobrol sama mereka (Sumu), itu ilmunya luar biasa sekali. Itu tidak bisa dinilai pakai uang,” ungkapnya.
Lutfy pun menilai bahwa Muhammadiyah menjadi rumah besar untuk mengembangkan Zendo. Hal ini tidak lepas dari kesamaan visi-misi Zendo dan Muhammadiyah dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan.
“Fastabiqul khairat. Bermanfaat bagi orang banyak. Asal ketuhanan tetap menjadi acuan kita,” kata Lutfy menjelaskan prinsipnya yang sejalan dengan Muhammadiyah dalam mengembangkan Zendo.
Lutfy lalu mengutip kalimat populer dari KH Ahmad Dahlan: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah. Melalui Zendo, Lutfy yang dulu bekerja di amal usaha Muhammadiyah, kini punya jalan untuk menghidupi Muhammadiyah.
Lebih lanjut, eks guru TK dan SD ini mengungkapkan, perkembangan Zendo tidak lepas dari jaringan Muhammadiyah di Indonesia.
Pemegang hak operasional Zendo di berbagai daerah, mayoritas adalah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), termasuk kader Muhammadiyah secara personal.
Dengan kenyataan tersebut, Lutfy tidak keberatan jika Zendo diklaim sebagai milik Muhammadiyah. “Saya sangat tidak berkeberatan jika Zendo dikatakan milik Muhammadiyah,” tegasnya.
Meski demikian, Lutfy menegaskan bahwa Zendo maupun Sumu bersifat inklusif. Siapapun bisa memegang lisensinya di manapun, termasuk warga nonmuslim.
“Kita tidak malah mengecilkan market, justru inklusif banget. Tinggal (tergantung) kacamata orang yang melihatnya,” jelas Lutfy.