MYKALBAR.COM – Kepedulian pada sektor pertanian memunculkan ide bagi Asrul Abdullah untuk merancang alat yang memudahkan kerja petani. Alat tersebut saat ini sedang tahap uji coba dan diharapkan kelak bisa diperbanyak untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
Asrul Abdullah merupakan Dosen Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer (FTIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Pontianak. Dua tahun terakhir, dia sangat concern pada alat-alat teknologi yang terkait dengan pertanian.
Sejak Maret 2025 lalu, Asrul merancang alat yang sementara ini dinamakan soil integrated sensor dengan monitoring cuaca dan iklim. Setahun sebelumnya dia juga sudah merancang alat sejenis, yaitu portable soil sensor.
“Kalau alat yang pertama, saya buat tahun 2024 dengan dana penelitian dari negara. Sedangkan alat sensor pada tahun 2025 ini pendanaannya dari Risetmu PP Muhammadiyah,” kata Asrul saat diwawancarai di Universitas Muhammadiyah Pontianak, Kamis, 12 Juni 2025.
Alat terbaru yang sedang diteliti Asrul punya 14 fitur yang akan merangkum data terkait pertanian di antaranya kondisi tanah seperti kandungan nitrogen (N), phosphor (P), kalium (K), pH, salinitas, suhu, kelembaban, dan konduktivitas listrik (EC).
Sedangkan sensor cuaca pada alat tersebut akan menghasilkan data suhu AHT, kelembaban AHT, suhu BMP, tekanan udara, curah hujan menit, curah hujan jam, curah hujan hari, dan kecepatan angin.
Alat sensor ini sudah sejak Rabu, 11 Juni 2025 lalu, dipasang di lahan pertanian milik petani di Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya.
Mengusung konsep internet of things (IoT), data-data yang diperoleh dari alat tersebut akan dikirimkan secara daring ke perangkat komputer atau ponsel. Dari layar ponsel atau monitor komputer, pergerakan data itu akan ter-up date setiap menit.
Data-data inilah yang akan dipelajari Asrul, untuk dilakukan analisis. “Untuk kepentingan penelitian ini, tiga bulan lagi saya akan membuat laporan,” ungkapnya.
Namun untuk mendapatkan data yang lebih akurat, menurut Asrul, setidaknya alat tersebut harus terpasang di lahan selama 5 tahun. “Iklim ini bisa terus berubah sepanjang tahun, makanya alat itu harus standby di sana, setidaknya 5 tahun,” katanya.
Asrul berharap keahliannya di bidang teknik informatika bisa menghasilkan karya yang punya sumbangsih pada hajat hidup banyak orang. Khususnya di sektor pertanian yang menjadi tumpuan semua orang untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Sayangnya, untuk sektor yang demikian penting, ternyata peminatnya tidaklah banyak. Itu dirasakan betul oleh Asrul, di mana tidak banyak orang yang bisa diajaknya berkolaborasi dalam penelitian ini.
Meski banyak hal harus dikerjakan sendiri, kondisi ini tidak menyurutkan semangatnya. Misalnya ketika merangkai komponen-komponen pada alat sensornya, Asrul harus bisa menyoldernya dengan baik. Padahal, dia tidak punya keahlian di bidang elektro.
Ongkos belajar pun tak bisa dihindari. Ada beberapa komponen yang terpaksa harus rusak karena proses penyambungan tidak tepat. “Kalau sampai korslet, komponennya pasti langsung rusak. Tidak bisa dipakai lagi,” ujar Asrul.
Bahkan bukan hanya korban komponen, beberapa kali tangan Asrul sampai melepuh terkena solder. “Tangan saya ini sudah berkali-kali kena solder. Komponennya itu kecil-kecil, jadi memang tidak mudah ketika disolder,” ungkap Asrul.
Tantangan lainnya, Asrul harus menambah pengetahuan tentang pertanian, disiplin ilmu yang dahulu tidak dikuasainya. Pengetahuan itu didapatnya dari membaca artikel hingga diskusi langsung dengan petani.
Beruntung, lahan tempat Asrul melakukan penelitian, dikelola oleh petani yang punya pengetahuan cukup mumpuni. Informasi terkait pertanian sedikit demi sedikit diperoleh Asrul sehingga memudahkannya dalam memaksimalkan alat sensor yang dirancangnya.
Asrul berharap di masa depan menggeluti dunia pertanian akan semakin mudah dan modern. Di antaranya didukung oleh alat-alat teknologi seperti yang saat ini dirancangnya. “Saya harap alat ini bisa memudahkan petani dan impact-nya nanti meningkatkan produktivitas,” katanya.
Kini, Asrul telah mendaftarkan alat sensornya agar mendapatkan hak paten dari Kementerian Hukum dan HAM. Tapi dia tidak akan berhenti di tahap itu.
Dia bertekad terus melakukan pengembangan, antara lain dengan memasukkan teknologi Artificial Intelligence (AI). Dengan kecerdasan buatan, alat tersebut diharapkan bisa membuat rekomendasi kepada petani terkait kondisi tanah pertanian, maupun cuaca di tempat lahan itu berada.