MYKALBAR, JAKARTA –Walaupun sudah berusia 83 tahun, Buya Syafii –sebutan akrab Ahmad Syafii Maarif– masih memiliki mobilitas yang tinggi. Berbagai undangan, baik untuk menjadi narasumber maupun undangan kenegaraan, selalu beliau hadiri.
Pada Kamis (29/3/2018), beliau bertolak dari Yogyakarta ke Jakarta untuk menghadiri undangan kegiatan yang diadakan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk) di Ibu Kota. Sesampai di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, beliau dijemput oleh kendaraan yang sudah menunggu 1 jam sebelum burung besi yang tumpangi beliau landing.
Saat menuju ke lokasi acara, tiba-tiba beliau kaget, ada sekelompok aparat berseragam cokelat memberhentikan kendaraan yang ditumpangi Buya Syafii.
Mobil pun berhenti, dan si sopir yang menjemput Buya Syafii pun keluar. Menurut penuturan langsung via Whatsapp yang dikirimkan Buya Syafii ke saya (Deni_penulis), ternyata menurut Buya Syafii, polisi benar, karena pada saat itu, kendaraan yang boleh melaju pada tanggal itu, harusnya mobil berpelat ganjil. Sementara mobil yang dinaiki Buya Syafii, berpelat nomor genap.
“Iya, mobil yang saya tumpangi dihentikan polisi, dan posisinya polisi sudah benar. Karena hari itu no ganjil, sedangkan yang jemput dari Sejuk no genap. SIM diminta, lalu polisi menengok ke dalam, SIM diserahkan lagi sambil berkata: teruskan!”, demikian isi WhatsApp Buya.
Tidak ada penjelasan apa komunikasi si sopir dengan polisi. Namun bagi Buya, pengalaman masalah nomor ganjil dan genap penting diketahui untuk berkendaraan di Jakarta, agar tidak ketilang seperti yang beliau alami. (denias)
sumber: suaramuhammadiyah.id