xvideo hot housewife fucking younger guy. xxnx endless blowjb at work. sluty girl
Spread the love

MYKALBAR.COM, PONTIANAK – Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Internasional menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Penguatan Moderasi Beragama sebagai Fondasi Hidup Berkebangsaan dalam Merespon Tantangan Global” di Hotel Aston Pontianak, Senin (17/12/2018). Kegiatan ini diikuti oleh unsur PWM 13, majelis, lembaga, dan ortom PW Muhammadiyah Kalimantan Barat.

Utusan khusus Presiden untuk dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban (UKP-DKAAP) Prof. H. Syafiq A. Mughni, M.A., Ph.D. hadir sebagai pembicara kunci. Beberapa narasumber Dr. H. Pabali Musa M.Ag, Drs. K.H. M. Basri Har, Dr. Samsul Hidayat, M.A., Dr. Abdul Mukti, M.A, Kapolda Kalbar Irjen. Pol. Drs. Didi Haryono, SH, MH, dan Pangdam XII/Tanjungpura Mayjen TNI Achmad Supriyadi.

Dr. Sudarnoto Abdul Hakim staf khusus Presiden yang mewakili penyelenggara mengemukakan bahwa prinsip moderasi itu mempertemukan titik-titik dalam perbedaan masyarakat sehingga tidak terjadi ekstremitas bangsa. Oleh karena itu, Muhammadiyah harus menjadi garda terdepan ta’awun untuk negeri dan menjaga stabilitas negara.

Prof. H. Syafiq A. Mughni dalam FGD mengungkapkan moderasi Islam itu pilihan baik agar tidak ekstrem dalam beragama. Moderasi beragama itu dapat ditunjukkan oleh umat Islam dengan memiliki pemahaman agama yang benar, sikap keagamaan yang baik, dan ikut aktif dalam mengatasi konflik.

Senada Ketua MUI Kalbar K.H. M. Basri Har mengungkapkan moderasi beragama itu dapat dilakukan dengan 10 karakter Islam Wasathiyah, (1) Tawassuth (mengambil jalan tengah) yaitu pemahaman dan pengamalan yang tidak ifrath (berlebih-lebihan dalam beragama) dan tafrith (mengurangi ajaran agama). (2) Tawazun (berkeseimbangan), yaitu pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi, tegas dalam menyatakan prinsip yang dapat membedakan antara inhiraf (penyimpangan) dan ikhtilaf (perbedaan).

(3) I’tidal (lurus dan tegas). (4) Tasamuh (toleransi), yaitu mengakui dan menghormati perbedaan, baik dalam aspek keagamaan dan berbagai aspek kehidupan lainnya. (5) Musawah (egaliter). (6) Syura (musyawarah). (7) Ishlah (reformasi). (8) Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas). (9) Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif). (10) Tahadhdhur (berkeadaban).

Dr. Pabali Musa mengemukakan bahwa Indonesia itu memiliki keniscayaan akan keberagaman dan perbedaan. Agar keberagaman menjadi berkah perlu membangun ukhuwah (persaudaraan sejati) dengan memiliki perasaan dan sikap simpati serta empati antarmanusia.

Lebih lanjut Ketua PWM Kalbar ini mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang harus dibangun dalam bingkai ukhuwah adalah menumbuhkan suasana ta’awun atau saling tolong-menolong (asah, asih, asuh) serta mengembangkan budaya fastabiqul-khairat, bersinergi atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

Dr. Samsul Hidayat, M.A., mengemukakan moderasi beragama itu seni menghadapi perbedaan. Lebih lanjut Wakil Direktur Program Pascasarjana IAIN Pontianak ini menjelaskan moderat bukan sikap/strategi menemukan kebenaran, tetapi pada bagaimana memakai pakaian kebenaran di tengah pakaian lain.

Bagaimana berhubungan dengan bentuk kebenaran yang banyak beragam. Seni mengajak yang makruf, yang inhern dalam diri siapa saja, perjuangan menolak dan membatasi yang mungkar.

kimberly cybersex model.porndigger
http://xxvideos.one amateur jerking huge cock.
tamil sex